Ahlan Wasahlan . . .
Minggu, 28 September 2008
met lebaran
Semasa hidup bersimbah khilaf
Atas segala ucap, tingkah, dan prasangka yang pernah singgah
Hingga menaruh luka di hati
Tiada syair seindah dzikir
Tiada bulan sefitrah syawal
Mengharap diri di hapus maaf
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H
The Big Family of Departement Ketaqwaan HIMA 2008/2009
by : kadep ketaqwaan
Sabtu, 13 September 2008
Sudah benarkah Puasa Kita ?
"Lima hal yang dapat membatalkan puasa: berkata dusta, ghibah (menggunjing), memfitnah, sumpah dusta dan memandang dengan syahwat." (Hadits Riwayat Al-Azdiy)
"Barangsiapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan kotor dan dusta selama berpuasa, maka Allah S.W.T tidak berhajat kepada puasanya." (Hadits Riwayat Bukhari)
“Orang yang menggunjing dan mendengarkan gunjingan , keduanya bersekutu dalam perbuatan dosa.” (Hadits Riwayat Ath-Thabrani)
"Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari puasanya itu kecuali haus dan lapar." (Hadits Riwayat Turmudzi)
Imam Al-Ghazali berkata : "Berapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan dari puasanya itu, selain lapar dan haus. Sebab puasa itu bukanlah semata-mata menahan lapar dan haus, akan tetapi adalah menahan hawa nafsu. Boleh jadi orang tersebut berdusta, menggunjing dan memandang dengan syahwat, sehingga yang demikian itu membatalkan hakikat puasa." (Ihya' Ulumiddin)
Para Ulama berkata: "Betapa banyak orang yang berpuasa padahal ia berbuka (tidak berpuasa) dan betapa banyak orang yang berbuka padahal ia berpuasa." Yang dimaksud dengan orang yang berbuka tetapi berpuasa ialah menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan dosa sementara ia tetap makan dan minum. Sedangkan yang dimaksud dengan berpuasa tapi berbuka ialah yang melaparkan perutnya sementara ia melepaskan kendali bagi anggota tubuh yang lain." (Ihya' Ulumiddin)
Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya puasa itu adalah amanah, maka hendaknya masing-masing kamu menjaga amanahnya." (Hadits Riwayat Al-Kharaithy)
Sudahkah kita menjaga puasa kita ?
dikutip dari : Edi S. Kurniawan, Muhammad Haryadi
By : Irin Mirrah Luthfia
Jumat, 12 September 2008
The Crew Dept. Ketaqwaan HIMA08
JILBAB DI MATA COWOK
Cewek jilbaban di mataku, adalah ibarat kue yang dibungkus rapih dan ditaruh didalam etalase, sehingga kesannya ‘mahal’.
Laler yang suka bawa kotoran juga nggak bisa nempel. Tapi kalo yang nggal jilbaban yach, sebaliknya; yang nggak beli juga bisa megang-megang!
Cuma biar jilbabnya jadi lebih berwibawa lagi, yang penting adalah sosok di dalamnya yang kudu bisa ngebawa nama baik ‘jilbab’ itu sendiri. Karena jilbab kan symbol islam, artinya kalo bungkusannya bagus tapi isinya nggak bagus sama aja bohong! Ibarat kue di dalam etalase yang dibungkus rapi, tapi jadi basi! Hiii, jadi lebih ‘hina’ disbanding ama kue yang nggak dibungkus,kan?
________________________________________________________________________
Jilbab yang benar, meneduhkan qalbu, pelindung diri, dan indah dilihat.
________________________________________________________________________
Cewek berjilbab bagiku adalah seorang atau beberapa orang yang memakai jilbab. Hehehe.
Cewek berjilbab akan kelihatan lebih anggun jika dibandingkan dengan cewek yang tidak berjilbab. Tetapi itu tergantung dari sudut pandang si cowok. Alhamdulillah tetemn-temenku yang cewek, yang berjilbab baik-baik semua.
Tapi sekarang zaman udah berubah, jilbab sering dipake untuk mode doang. Karena orang bilang, dengan jilbab cewek kelihatan cantik, makin banyak deh sekarang cewek-cewek ABG yang pake jilbab tanpa mau memahami apa sebenarnya arti berjilbab. Akhirnya yah seperti sekarang ini. Banyak juga cewek berjilbab tapi masih pacaran dengan pegang-pegang, pake baju ketat, pake celana yang ketat.
Duh, sayang banget deh. Pahala kan jadi nanggung, ya gak sih?
________________________________________________________________________
Mata ini risih jika ada wanita yang berpakaian “seandainya” atau hanya “mengubah” warna kulit. Namun jika yang ada di depan mata adalah wanita yang berpakaian “lengkap”, kadang tak kuasa untuk menatapnya. Sesekali ingin juga memberi tahu mereka, “maaf mbak, ada beberapa helai rambut yang keluar dari kerudung.” Atau begini, “mbak, maaf lho ya, kerudungnya tipis tuh. Diganti yang lebih tebal atau pakai rangkap dong.” Juga yang ini, “lho mbak, kok nggak pake kaos kaki?”
________________________________________________________________________
“ Jilbab tak hanya menjadi hijab, namun berperan sebagai batas hasrat yang tersembunyi dalam rahasia kecantikan wanita.
Aku bersyukur telah jatuh cinta pada ‘bidadari’ berjilbab sejak pandangan pertama .”
________________________________________________________________________
Jilbab itu bisa indah, cantik, modis, bahkan tidak bertentangan dengan tren fesyen. Tapi, jilbab juga lebih daripada sekadar etika berpakaian yang dianggap sesuai dengan ajaran agama. Ketika seorang perempuan memutuskan untuk berjilbab, saya percaya, ia telah “memplokamirkan” semangat untuk lebih mendekatkan dirinya kepada hal-hal yang lebih bersifat transcendental(ilmiyah). Karena itulah saya menghormati perempuan berjilbab, terlebih lagi mereka yang mampu terlebih dahulu “mengenakan jilbab” di hatinya.
________________________________________________________________________
Jilbab adalah symbol dari wanita muslimah. Karena itu dia harus memahami makna dari symbol tersebut. Tidak hanya sebagai symbol semata, tetapi lebih dalam agar daia bisa semakin lekat dengan kemuslimahannya.
Jilbab adalah keindahan. Meskipun dia menutupi keindahan apa yang ada di dalamnya, tetapi sebenarnya jilbab lebih indah dari segala.
Jilbab adalah keteduhan, karena dia berhasil membuat lawan jenis mengurung prasangkadan khayal yang akhirnya membuat hati semakin teduh.
Jilbab adalah penutup. Maksudnya, menutup segala aurat. Maka, pemakaiannya pun harus memahami dengan benar apa itu aurat agar jilbab bisa menutup dengan sempurna dan menghindari pemiliknya dari zalim.
________________________________________________________________________
Wanita berjilbab :
Yang pasti, akan terlihat lebih anggun dan terhormat dibandingkan dengan wanita yang berpakaian terbuka.
Punya karakter tersendiri
Pemberani, karena jika wanita sudah mengambil keputusan untuk memakai jilbab, otomatis dia berani menerima segala konsekuensinya.
Berilmu, karena mayoritas wanita berjilbab tahu betul hukumnya menutup aurat, makanya mereka memakai jilbab.(kecuali wanita berjilbab yang punya tujuan lain atau hanya ikut tren mode)
Menyejukkan pandangan
Menentramkan hati
Dan masih banyak lagi
_______________________________________________________________________
Seperti pedang bagi samurai, begitulah jilbab sebagai jalan hidup bagi perempuan beriman.
________________________________________________________________________
JILBAB = Jadi Indah Luar Biasa Bo!
By: Kadep Ketaqwaan
Jilbabmu
Ukhty…
Kulihat jilbabmu melambai-lambai kala ditiup angin. Tak terllihat sedikitpun rambutmu, tak juga terlihat kuping dan lehermu yang indah itu. Jilbabmu melambai-lambai bak bidadari yang terbang menyisir awan.
Ukhty …
Aku kagum dengan pesona yang engkau tebarkan, kecantikan yang engkau pancarkan, serta keindahan yang engkau tampakkan dengan jilbabmu. Engkau nampak anggun, nampak cantik, nampak berwibawa, nampak pula bersahaja. Jilbabmu membuat aku kagum, membuat aku segan, membuat aku hormat, dan membuat aku bangga kepadamu. Engkau begitu mulia di mataku, di mata siapa saja yang melihatmu, juga di mata Tuhanmu.
Ukhty …
Engkau adalah idola bagiku, bagi setiap orang yang melihatmu. Dengan jilbabmu, engkau tebarkan kebajikan, engaku tebarkan keindahan…..
By : Kadep Ketaqwaan HIMA08
Beginilah Seharusnya Seorang Muslim Di Bulan Ramadhan..!!!
kita, dia datang hanya sekali dalam setahun, dia senantiasa ditunggu-tunggu
oleh hamba-hamba-Nya yang mukmin, yang kedatangannya akan
menenangkan jiwa-jiwa manusia, yang kedatangannya akan membawa
berkah dari Rabb semesta alam, dan kedatangannya penuh dengan
kemuliaan dan keutamaan. Anda semua telah mengenalnya wahai kaum
muslimin yang berbahagia, dia tiada lain dan tiada bukan adalah bulan
Ramadhan.
Dialah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, bulan yang syaithansyaithan
dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga
dibuka, serta dialah bulan yang di dalamnya terdapat Lailatul Qodar, yang
apabila seorang hamba beribadah di malam itu lebih baik dari seribu bulan.
Segala puji bagi Alloh yang telah mengizinkan kita semua bersua dengan
bulan ini.
Wahai kaum muslimin, marilah kita jadikan bulan ramadhan kita ini sebagai
bulan terakhir kita, seakan-akan kita tidak akan menjumpainya lagi tahun
depan. Marilah kita isi bulan ini dengan amalan-amalan yang berguna,
karena Nabi yang mulia ‘alaihi Sholatu wa Salam telah bersabda :
ر ب صائِمٍ حظُّه مِ ن صِيامِهِ ا ُ لج و ع والع َ ط ش (صحيح, رواه أحمد وابن ماجه و الدارمي والبيهقي عن سعيد المقبري عن
أبي هريرة)
“Berapa banyak orang yang berpuasa namun hanya mendapatkan rasa haus
dan lapar belaka.” (Shohih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ad-
Darimi dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Al-Maqburi dari Abu Hurairoh).
Sungguh benar sabda nabi di atas karena beginilah mayoritas kaum muslimin
saat ini, yang perutnya berpuasa dari makan dan minum, namun matanya,
telinganya, lisannya dan hatinya tidak turut berpuasa. Mereka masih gemar
berkata kotor, berdusta, mencaci maki, memandang yang haram,
mendengarkan yang haram dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya.
Wahai kaum muslimin yang berbahagia, sungguh indah ucapan Al-Hafidh
Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullahu yang berkata di dalam Fathul Bari
(I/31) : “Bulan ramadhan adalah musim kebajikan, dikarenakan nikmat
Alloh atas hamba-hambanya di bulan ini berlipat ganda dibanding bulanbulan
lainnya.” Oleh karena itu wahai kaum muslimin, beginilah seharusnya
seorang mukmin itu di dalam bulan ramadhan :
Pertama, Berpuasa.
Ini merupakan kewajiban dan termasuk bagian rukun Islam. Makna berpuasa
adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkannya mulai dari
waktu terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari.
Wahai hamba Alloh, sungguh besar sekali ganjaran orang yang melakukan
puasa, sebagaimana dalam sabda nabi :
م ن صام رم ضا َ ن إِي مانا وا حتِ سبا ُ غفِر َله ما تَق دم مِ ن َذنبهِ (متفق عليه)
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap
pahala maka niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alaihi).
Di dalam hadits-hadits lainnya yang shohih, sangat besar sekali keutamaan
orang yang berpuasa, diantaranya adalah :
1. puasa itu adalah perisai
2. Puasa dapat memasukkan seorang hamba ke dalam surga
3. Orang yang berpuasa akan diberi pahala yang tak terhitung
4. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu
gembira ketika berbuka dan gembira ketika bertemu Alloh
5. Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi dari kesturi
6. Puasa akan memberikan syafa’at bagi pelakunya
7. Puasa dapat menjadi penebus segala dosa-dosanya, dan
8. Bagi orang yang berpuasa dijanjikan masuk surga melalui pintu yang
bernama ar-Royyan. Maha suci Alloh yang telah menjadikan kita
sebagai orang-orang yang berpuasa.
Kedua, Qiyamul lail (Sholat Tarawih berjama’ah).
Termasuk sunnah Nabi yang mulia adalah melaksanakan sholat tarawih
berjama’ah, menghidupkan malam-malam ramadhan bersama-sama kaum
muslimin lainnya, sehingga dapat lebih mengikat tali persaudaraan dan
silaturrahim, membuahkan rasa cinta dan itsar (memiliki kepedulian)
terhadap saudara muslim sehingga dapat menyuburkan benih-benih
persatuan Islam.
Rasulullah Shollollohu 'alaihi wa Salam bersabda :
م ن ََقام رم ضا َ ن إِي مانا وا حتِ سبا ُ غفِر َله ما تَق دم مِ ن َذنبِهِ (متفق عليه)
“Barangsiapa sholat malam pada bulan ramadhan dengan penuh keimanan
dan mengharap pahala maka niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaq ‘alaihi).
Ketiga, Memperbanyak sedekah.
Sesungguhnya Nabi yang mulia ‘alaihi sholatu wa salam adalah orang yang
paling gemar bersedekah terutama di bulan ramadhan. Demikian pula para
sahabat beliau dan para salaful ummah.
Keempat, Memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa.
Nabi Shollollohu 'alaihi wa Salam sangat menganjurkan untuk memberi
makan kepada orang yang berpuasa, karena yang demikian ini mengandung
pahala yang besar dan kebaikan yang berlimpah. Rasulullah Shollollohu
'alaihi wa Salam bersabda :
م ن َفطَّر صائِ ما َ كا َ ن َله مِْث ُ ل َأ جرِهِ َ غي ر َأنه َ لا ينُق ص مِ ن َأ جرِ ال صائِمِ شيًئا (رواه أحمد و الترمذي)
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya
pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa tersebut, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR Ahmad dan
Turmudzi)
Kelima, Membaca Al-Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, di dalamnya diturunkan Al-Qur’an
sebagaimana dalam firman Alloh Ta’ala :
ش هر رم ضا َ ن الَّذِي ُأنزِ َ ل فِيهِ الُق رآ ُ ن ه دى لِلناسِ وبيناتٍ مِ ن ا ُ له دى والُف رَقانِ
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (QS Al-Baqoroh : 185)
Bahkan Jibril ‘alahi Salam setiap malam datang mengajarkan Al-Qur’an
kepada Nabi. Sungguh, Al-Qur’an akan menjadi pemberi syafa’at pada hari
kiamat bagi para pembacanya, sebagaimana sabda Nabi Shollollohu 'alaihi
wa Salam :
اِْقرُأوا الُق رآ َ ن ََفإِنه يْأتِي ي وم القِيامةِ شفِيعا لأَ ص حابِهِ (رواه مسلم عن أبي أمامة)
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafa’at bagi pembacanya.” (HR Muslim dari Abu Umamah)
Keenam, Umroh
Umroh pada bulan Ramadhan sangat besar sekali keutamaanya, sebagaimana
sabda Nabi yang mulia alaihi Sholatu wa Salam :
ع مرُة فِ ي رم ضا َ ن ت عدِ ُ ل ح جًة معِ ي (متفق عليه)
“Berumroh pada bulan Ramadhan sepadan dengan haji bersamaku”
(Muttafaq ‘alaihi) baik pada awal maupun pertengahan Ramadhan. Tidak
ada pengkhususan tentang lebih utamanya sepuluh hari akhir di dalam
berumroh. Maka hendaknya hal ini diperhatikan.
Ketujuh, Mencari malam Lailatul Qodar.
Sesungguhnya beribadah pada malam Lailatul Qodar pahalanya sama dengan
beribadah selama seribu bulan. Maka hendaknya seorang muslim harus
bersegera menyingsingkan lengan bajunya untuk menyambut malam yang
penuh berkah ini. Karena Nabi yang mulia ‘alaihi Sholatu wa Salam
bersabda :
م ن ََقام َليَلَة الَق درِ إِي مانا وا حتِ سبا ُ غفِر َله ما تَق دم مِ ن َذنبهِ (متفق عليه)
“Barangsiapa sholat pada malam Lailatul Qodar dengan penuh keimanan
dan mengharap pahala maka niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaq ‘alaihi) Yaitu pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari
terakhir.
Wahai hamba Alloh apabila seorang hamba beribadah pada malam Lailatul
Qodar, maka hendaknya dia mengucapkan :
اللَّ ه م إِن ك عُف و تحِ ب الع ْ ف و َفا ع ف عني (رواه الترمذي وابن ماجه)
“Ya Alloh sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mencintai Ma’af maka
berikanlah Ma’af padaku” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)
Kedelapan, I’tikaf.
I’tikaf merupakan ibadah kholwat (menyendiri) dengan Alloh, menyibukkan
diri hanya kepada Alloh dan memutuskan diri dari hiruk pikuk duniawi.
Setiap keinginan dan detak hatinya hanya tertuju kepada Alloh dan segala
kesibukannya hanyalah untuk Alloh semata. Rasulullah Shollollohu 'alaihi wa
Salam tidak pernah meninggalkan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada
bulan Ramadhan, bahkan pada tahun dimana beliau wafat, beliau
melakukan I’tikaf selama dua puluh hari.
Wahai hamba Alloh, perhatikanlah tauladan kita Rasulullah dan para
sahabatnya. Tatkala di penghujung bulan Ramadhan mayoritas masyarakat
muslim bersibuk ria dengan pakaian, makanan dan urusan duniawi dalam
rangka menyambut Iedul Fitri, namun tauladan dan kecintaan kita beri’tikaf
di Masjid, lebih berkonsentrasi di dalam beribadah kepada Alloh,
melepaskan urusan duniawinya dan lebih menyibukkan diri dengan ketaatan
kepada Alloh. Maha Besar Alloh, padahal beliau adalah orang yang telah
dijanjikan surga oleh Alloh, dan segala dosanya yang telah lalu dan akan
datang diampuni oleh Allah Al-Ghofur, namun keteladanan beliau benarbenar menunjukkan akhlak yang agung, yang tiada tandingan dan
bandingannya. Subhanalloh.
Beberapa kesalahan dan bid’ah pada Bulan Ramadhan.
Wahai hamba Alloh, teladan kita adalah Rasulullah Muhammad Shollollohu
'alaihi wa Salam dan tiada seorangpun yang lebih layak kita teladani
melainkan hanya beliau. Oleh karena itu, segala amalan yang tidak
dituntunkan oleh beliau dan diajarkan beliau, maka perkara tersebut adalah
tertolak dan wajib kita hindari. Diantara kesalahan-kesalahan tersebut
adalah :
- Mempercepat waktu sahur dan memperlambat berbuka puasa.
- Menahan diri dari makan dan minum selama beberapa saat sebelum
datang waktu subuh yang mereka sebut sebagai waktu imsak.
- Memuntahkan makanan dan minuman dari mulut ketika terdengar
adzan.
- Melafazhkan atau mengucapkan niat berpuasa.
- Mempercepat sholat tarawih dan tidak adanya thuma’ninah di saat
sholat tarawih.
- Membaca sholawat ataupun ucapan selainnya semisal, Shollu sunnata
tarawih rak’ataini jami’aa rahimakumullahu!!! atau selainnya setiap
jeda sholat tarawih. Yang demikian ini tidak ada sunnahnya dari nabi
dan termasuk bid’ah yang jelek di dalam agama.
- Mengkhususkan sholat tasbih di bulan Ramadhan.
- Membaca do’a secara berjama’ah setiap setelah sholat tarawih.
- Menentukan surat-surat tertentu pada tiap-tiap roka’at sholat
tarawih.
- Beranggapan bahwa memotong kuku, membersihkan telinga atau
keramas pada siang hari membatalkan puasa.
Dan selainnya yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi yang mulia
Shollollohu 'alaihi wa Salam.
Demikianlah secuil pembahasan mengenai bagaimana seharusnya seorang
muslim di bulan Ramadhan. semoga yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua, dan semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala
menganugerahkan kita kesehatan dan kekuatan sehingga kita mampu
melaksanakan apa yang diperintahkan Alloh dan Rasul-Nya, dan semoga
Alloh masih memberi kita kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan
berikutnya. Semoga segala amalan kita diterima oleh Alloh Azza wa Jalla
dan segala dosa kita diampuni. Amin Ya Robbal Alamin.
BID'AH-BID'AH PUASA & SHALAWAT TARAWIH DI RAMADHAN
yang mulia dalam Islam. Bagi orang yang berpuasa karena iman dan ihtisab
(mengharapkan pahala), Allah sendirilah yang mengetahui akan pahala,
keutamaan dan kenikmatannya. Akan tetapi pahala puasa itu berbeda-beda,
bertambah atau berkurang sesuai dengan dekat atau jauhnya seseorang
dalam melaksanakan ibadah puasa dari sunnah Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa Sallam.
Oleh sebab itu, merupakan suatu keharusan untuk mengingatkan saudarasaudara
kita yang berpuasa, beberapa hal yang (sering dilakukan namun)
tidak ada petunjuknya dari nabi, yang mana hal ini merupakan perkara
bid’ah dan perkara yang diada-adakan. Kami di sini akan menyebutkannya
sesuai dengan urutan hari dan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah
kita memohon pertolongan.
Pertama : Bid’ah Sahur dan Adzan.
1. Menyegerakan makan sahur.
2. Imsak (menahan diri) dari makan dan minum ketika adzan pertama, yang
mereka namakan “adzan Imsak”
3. Memuntahkan makanan dan minuman dari mulut ketika suara adzan
terdengar.
4. Mandahulukan adzan dari waktu fajar shodiq, dengan alasan untuk hatihati.
5. Melafadhkan niat ketika sahur seperti ن َ وي ت َ ص وم َ غدٍ ع ن َأ داءِ َف رضِ ش هرِ رم ضا َ ن
Kedua : Bid’ah-bid’ah ketika Berbuka dan selainnya.
1. Mengakhirkan berbuka dengan klaim alasan untuk menepatkan waktu.
2. Puasanya para wanita sedangkan mereka dalam keadaan haidh
sepanjang siang hari di bulan Ramadhan, dan (ketika) mendekati
terbenamnya matahari mereka membatalkan puasa mereka dengan
sesuap atau seteguk air.
3. Menahan diri untuk tidak bersiwak sesudah tergelincir matahari.
4. Bepergian pada bulan Ramadhan dengan maksud agar tidak berpuasa.
Yang ketiga : Bid’ah-bid’ah shalat tarawih pada bulan ramadhan.
1. Cepatnya gerakan tarawih sebagaimana cepatnya gerakan burung gagak
(mematuk makanan). Bahkan sebagian imam melakukan shalat tarawih
23 rakaat, dalam waktu kurang dari 20 menit.
2. Membatasi membaca surat tertentu dalam shalat tarawih. Sebagian
imam membaca surat al-Fajr atau surat al-A’laa atau seperempat surat
ar-Rahman. Diantara keanehan-keanehan lainnya, ada sebagian thariqat
shufiyah mengajarkan pada pengikut-pengikut mereka untuk membaca
dalam shalat tarawih surat al Buruj, dimana imam membaca pada setiap
rakaat hanya satu ayat dari surat tersebut.
3. Memisahkan antara dua rakaat dengan membaca surat al-Ikhlas, al-
Falaq, an-Nas, kemudian mengucapkan shalawat dan salam atas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Keempat : Bid’ah shalat tasbih dalam bulan Ramadhan.
1. Mengkhususkan shalat tasbih hanya pada bulan Ramadhan.
2. melakukannya secara berjama’ah
3. mengkhususkan shalat tasbih pada malam lailatul qadar.
Kelima : Shalat-shalat bid’ah pada bulan Ramadhan.
1. Shalat pada malam lailatul qadar yang dinamakan “Shalat Lailatul Qadar”.
2. Shalat “jum’at Yatimah”, yaitu shalat jum’at pada jum’at terakhir dari
bulan Ramadhan, dan seluruh penduduk negeri melaksanakan shalat
jum’at itu pada masjid yang khusus. (Misalnya) penduduk Mesir shalat di
Masjid Amr bin Ash dan penduduk Palestina shalat di Masjid Ibrahimi
atau Masjidil Aqsa. [atau penduduk Jawa sholat di Masjid Ampel, pent.]
3. (Melaksanakan) Shalat wajib 5 waktu sehabis shalat jum’at yatimah,
dengan sangkaan bahwasanya shalat-shalat itu menghapus dosa-dosa,
atau menghapus shalat yang ditinggalkan.
Seluruh bid’ah-bid’ah ini terdapat pada sebagian besar negeri muslim, dan
sebagiannya didapati pada suatu negeri dan tidak terdapat pada negeri yang
lainnya. Sekiranya kita menyebutkan bid’ah-bid’ah secara keseluruhan pada
seluruh negeri, tentulah akan keluar dari tujuan dan maksudnya, karena
tujuan dan maksud tulisan ini hanya untuk mewaspadai dan mengingatkan.
SIAPAKAH AHLUS SUNNAH?
Istilah Ahlus Sunnah tentu tidak asing bagi kaum muslimin. Bahkan mereka semua mengaku
sebagai Ahlus Sunnah. Tapi siapakah Ahlus Sunnah itu? Dan siapa pula kelompok yang
disebut Rasulullah sebagai orang-orang asing?
Telah menjadi ciri perjuangan iblis dan tentara-tentaranya yaitu terus berupaya mengelabui
manusia. Yang batil bisa menjadi hak dan sebaliknya, yang hak bisa menjadi batil. Sehingga
ahli kebenaran bisa menjadi pelaku maksiat yang harus dimusuhi dan diisolir. Dan
sebaliknya, pelaku kemaksiatan bisa menjadi pemilik kebenaran yang harus dibela. Syi’ar
pemecah belah ini merupakan ciri khas mereka dan mengganggu perjalanan manusia menuju
Allah merupakan tujuan tertinggi mereka.
Tidak ada satupun pintu kecuali akan dilalui iblis dan tentaranya. Dan tidak ada satupun
amalan kecuali akan dirusakkannya, minimalnya mengurangi nilai amalan tersebut di sisi
Allah Subhanahu Wata’ala. Iblis mengatakan di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala:
“Karena Engkau telah menyesatkanku maka aku akan benar-benar menghalangi mereka
dari jalan-Mu yang lurus dan aku akan benar-benar mendatangi mereka dari arah depan
dan belakang, dan samping kiri dan samping kanan.”, (QS. Al A’raf : 17 )
Dalam upayanya mengelabui mangsanya, Iblis akan mengatakan bahwa ahli kebenaran itu
adalah orang yang harus dijauhi dan dimusuhi, dan kebenaran itu menjadi sesuatu yang harus
ditinggalkan, dan dia mengatakan: “Sehingga Engkau ya Allah menemukan kebanyakan
mereka tidak bersyukur.” (QS. Al A’raf: 17)
Demikian halnya yang terjadi pada istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Istilah ini lebih
melekat pada gambaran orang-orang yang banyak beribadah dan orang-orang yang
berpemahaman sufi. Tak cuma itu, semua kelompok yang ada di tengah kaum muslimin juga
mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah. Walhasil, nama Ahlus Sunnah menjadi rebutan
orang. Mengapa demikian? Apakah keistimewaan Ahlus Sunnah sehingga harus
diperebutkan? Dan siapakah mereka sesungguhnya?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus merujuk kepada keterangan Rasulullah
Shallallahu ‘Alahi Wasallam dan ulama salaf dalam menentukan siapakah mereka yang
sebenarnya dan apa ciri-ciri khas mereka. Jangan sampai kita yang digambarkan dalam
sebuah sya’ir:
Semua mengaku telah meraih tangan Laila
Dan Laila tidak mengakui yang demikian itu
Bahwa tidak ada maknanya kalau hanya sebatas pengakuan, sementara dirinya jauh dari
kenyataan.
Secara fitrah dan akal dapat kita bayangkan, sesuatu yang diperebutkan tentu memiliki
keistimewaan dan nilai tersendiri. Dan sesuatu yang diakuinya, tentu memiliki makna jika
mereka berlambang dengannya. Mereka mengakui bahwa Ahlus Sunnah adalah pemilik
kebenaran. Buktinya, setelah mereka memakai nama tersebut, mereka tidak akan ridha untuk
dikatakan sebagai ahli bid’ah dan memiliki jalan yang salah. Bahkan mengatakan bahwa
dirinya merupakan pemilik kebenaran tunggal sehingga yang lain adalah salah. Mereka tidak
sadar, kalau pengakuannya tersebut merupakan langkah untuk membongkar kedoknya
sendiri dan memperlihatkan kebatilan jalan mereka. Yang akan mengetahui hal yang
demikian itu adalah yang melek dari mereka.
As Sunnah
Berbicara tentang As Sunnah secara bahasa dan istilah sangat penting sekali. Di samping
untuk mengetahui hakikatnya, juga untuk mengeluarkan mereka-mereka yang mengakui
sebagai Ahlus Sunnah. Mendefinisikan As Sunnah ditinjau dari beberapa sisi yaitu sisi
bahasa, syari’at dan generasi yang pertama, ahlul hadits, ulama ushul, dan ahli fiqih.
As Sunnah menurut bahasa
As Sunnah menurut bahasa adalah As Sirah (perjalanan), baik yang buruk ataupun yang
baik. Khalid bin Zuhair Al Hudzali berkata:
Jangan kamu sekali-kali gelisah karena jalan yang kamu tempuh
Keridhaan itu ada pada jalan yang dia tempuh sendiri.
As Sunnah menurut Syari’at Dan Generasi Yang Pertama
Apabila terdapat kata sunnah dalam hadits Rasulullah atau dalam ucapan para sahabat dan
tabi’in, maka yang dimaksud adalah makna yang mencakup dan umum. Mencakup hukumhukum
baik yang berkaitan langsung dengan keyakinan atau dengan amal, apakah hukumnya
wajib, sunnah atau boleh.
Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari 10/341 berkata: “Telah tetap bahwa kata
sunnah apabila terdapat dalam hadits Rasulullah, maka yang dimaksud bukan sunnah sebagai
lawan wajib (Apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila di tinggalkan tidak akan
berdosa, pent.).”
Ibnu ‘Ajlan dalam kitab Dalilul Falihin 1/415 ketika beliau mensyarah hadits ‘Fa’alaikum
Bisunnati’, berkata: “Artinya jalanku dan langkahku yang aku berjalan di atasnya dari apaapa
yang aku telah rincikan kepada kalian dari hukum-hukum i’tiqad (keyakinan), dan
amalan-amalan baik yang wajib, sunnah, dan sebagainya.”
Imam Shan’ani berkata dalam kitab Subulus Salam 1/187, ketika beliau mensyarah hadits
Abu Sa’id Al-Khudri, “di dalam hadits tersebut disebutkan kata ‘Ashobta As Sunnah’, yaitu
jalan yang sesuai dengan syari’at.”
Demikianlah kalau kita ingin meneliti nash-nash yang menyebutkan kata “As Sunnah”, maka
akan jelas apa yang dimaukan dengan kata tersebut yaitu: “Jalan yang terpuji dan langkah
yang diridhai yang telah dibawa oleh Rasulullah. Dari sini jelaslah kekeliruan orang-orang
yang menisbahkan diri kepada ilmu yang menafsirkan kata sunnah dengan istilah ulama fiqih
sehingga mereka terjebak dalam kesalahan yang fatal.
As Sunnah Menurut Ahli Hadits
As sunnah menurut jumhur ahli hadits adalah sama dengan hadits yaitu: “Apa-apa yang
diriwayatkan dari Rasulullah baik berbentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat baik
khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak).
As Sunnah Menurut Ahli Ushul Fiqih
Menurut Ahli Ushul Fiqih, As Sunnah adalah dasar dari dasar-dasar hukum syaria’at dan
juga dalil-dalilnya.
Al Amidy dalam kitab Al Ihkam 1/169 mengatakan: “Apa-apa yang datang dari Rasulullah
dari dalil-dalil syari’at yang bukan dibaca dan bukan pula mu’jizat atau masuk dalam
katagori mu’jizat”.
As Sunnah Di Sisi Ulama Fiqih
As Sunnah di sisi mereka adalah apa-apa yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan
apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.
Di sini bisa dilihat, mereka yang mengaku sebagai ahlus sunnah –dengan menyandarkan
kepada ahli fikih-, tidak memiliki dalil yang jelas sedikitpun dan tidak memiliki rujukan,
hanya sebatas simbol yang sudah usang. Jika mereka memakai istilah syariat dan generasi
pertama, mereka benar-benar telah sangat jauh. Jika mereka memakai istilah ahli fiqih
niscaya mereka akan bertentangan dengan banyak permasalahan. Jika mereka memakai
istilah ulama ushul merekapun tidak akan menemukan jawabannya. Jika mereka memakai
istilah ulama hadits sungguh mereka tidak memilki peluang untuk mempergunakan istilah
mereka. Tinggal istilah bahasa yang tidak bisa dijadikan sebagai hujjah dalam melangkah,
terlebih menghalalkan sesuatu atau mengharamkannya.
Siapakah Ahlus Sunnah
Ahlu Sunnah memiliki ciri-ciri yang sangat jelas di mana ciri-ciri itulah yang menunjukkan
hakikat mereka.
1. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para sahabatnya,
yang menyandarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salafus shalih yaitu
pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan shahabat, tabi’in dan generasi setelah
mereka. Rasulullah bersabda:
“ Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian
orang-orang setelah mereka.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad)
2. Mereka kembalikan segala bentuk perselisihan yang terjadi di kalangan mereka kepada Al
Qur’an dan As Sunnah dan siap menerima apa-apa yang telah diputuskan oleh Allah dan
Rasulullah. Firman Allah:
“Maka jika kalian berselisih dalam satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan
Rasulullah jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yang demikian itu adalah
baik dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)
“Tidak pantas bagi seorang mukmin dan mukminat apabila Allah dan Rasul-Nya
memutuskan suatu perkara untuk mereka, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang
urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat
dengan kesesatan yang nyata. (QS. Al Ahzab: 36)
3. Mereka mendahulukan ucapan Allah dan Rasul daripada ucapan selain keduanya. Firman
Allah:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendahulukan (ucapan selain Allah dan
Rasul ) terhadap ucapan Allah dan Rasul dan bertaqwalah kalian kepada Allah
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat: 1)
4. Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dalam ibadah mereka, akhlak mereka, dan dalam
semua sendi kehidupan, sehigga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah
bersabda tetang mereka:
“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan
asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” (HR. Muslim dari hadits Abu
Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)
5. Mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dari sifat fanatisme golongan. Dan mereka
tidak fanatisme kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik
mengatakan: “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yang ucapannya bisa diambil dan
ditolak kecuali ucapan beliau.”
6. Mereka adalah orang-orang yang menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dengan
sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.
7. Mereka adalah orang-oang yang memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai
dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka mengingkari segala jalan
bid’ah (lawannya sunnah) dan kelompok-kelompok yang akan mencabik-cabik barisan kaum
muslimin.
8. Mereka adalah orang-orang yang mengingkari undang-undang yang dibuat oleh manusia
yang menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.
9. Mereka adalah orang-orang yang siap memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama
menghendaki yang demikian itu.
Syaikh Rabi’ dalam kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadits hal. 3-4 berkata: “Mereka adalah
orang-orang yang menempuh manhaj (metodologi)-nya para sahabat dan tabi’in dalam
berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigitnya dengan gigi
geraham mereka. Mendahulukan keduanya atas setiap ucapan dan petunjuk, kaitannya
dengan aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlaq, politik, maupun, persatuan. Mereka adalah orangorang
yang kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya sesuai dengan apa
yang diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alahi
wasallam. Mereka adalah orang-orang yang tampil untuk berdakwah dengan penuh semangat
dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah para pembawa ilmu nabawi yang melumatkan
segala bentuk penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, kerancuan para penyesat
dan takwil jahilin. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengintai setiap kelompok yang
menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidah (Syi’ah),
Murji’ah, Qadariyah, dan setiap orang yang menyeleweng dari manhaj Allah, mengikuti
hawa nafsu pada setiap waktu dan tempat, dan mereka tidak pernah mundur karena cercaan
orang yang mencerca.”
Ciri Khas Mereka
1. Mereka adalah umat yang baik dan jumlahnya sangat sedikit, yang hidup di tengah umat
yang sudah rusak dari segala sisi. Rasulullah bersabda:
“Berbahagialah orang yang asing itu (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di
tengah orang-orang yang jahat. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada orang
yang mengikuti mereka.” (Shahih, HR. Ahmad)
Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Madarijus Salikin 3/199-200, berkata: “Ia adalah orang asing
dalam agamanya dikarenakan rusaknya agama mereka, asing pada berpegangnya dia
terhadap sunnah dikarenakan berpegangnya manusia terhadap bid’ah, asing pada
keyakinannya dikarenakan telah rusak keyakinan mereka, asing pada shalatnya dikarenakan
jelek shalat mereka, asing pada jalannya dikarenakan sesat dan rusaknya jalan mereka, asing
pada nisbahnya dikarenakan rusaknya nisbah mereka, asing dalam pergaulannya bersama
mereka dikarenakan bergaul dengan apa yang tidak diinginkan oleh hawa nafsu mereka”.
Kesimpulannya, dia asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, dan dia tidak menemukan
seorang penolong dan pembela. Dia sebagai orang yang berilmu ditengah orang-orang jahil,
pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah, penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah
orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, penyeru kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yang ma’ruf menjadi munkar dan yang
munkar menjadi ma’ruf.”
Ibnu Rajab dalam kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Washfi Hal Ahli Gurbah hal 16-17
mengatakan: “Fitnah syubhat dan hawa nafsu yang menyesatkan inilah yang telah
menyebabkan berpecahnya ahli kiblat menjadi berkeping-keping. Sebagian mengkafirkan
yang lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan, berpecah-belah, dan berpartai-partai
yang dulunya mereka berada di atas satu hati. Dan tidak ada yang selamat dari semuanya ini
melainkan satu kelompok. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah: “Dan terus
menerus sekelompok kecil dari umatku yang membela kebenaran dan tidak ada seorangpun
yang mampu memudharatkannya siapa saja yang menghinakan dan menyelisihi mereka,
sampai datangnya keputusan Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.”
2. Mereka adalah orang yang berada di akhir jaman dalam keadaan asing yang telah
disebutkan dalam hadits, yaitu orang-orang yang memperbaiki ketika rusaknya manusia.
Merekalah orang-orang yang memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia dari sunnah
Rasulullah. Merekalah orang-orang yang lari dengan membawa agama mereka dari fitnah.
Mereka adalah orang yang sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tidak
didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang, bahkan terkadang tidak didapati
satu orangpun sebagaimana permulaan Islam.
Dengan dasar inilah, para ulama menafsirkan hadits ini. Al Auza’i mengatakan tentang sabda
Rasulullah: “Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing.”
Adapun Islam itu tidak akan pergi akan tetapi Ahlus Sunnah yang akan pergi sehingga tidak
tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang.” Dengan makna inilah didapati ucapan salaf
yang memuji sunnah dan mensifatinya dengan asing dan mensifati pengikutnya dengan kata
sedikit.” (Lihat Kitab Ahlul Hadits Hum At Thoifah Al Manshurah hal 103-104)
Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dalam
Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : www.asysyariah.com
prosentase yang sedikit. Allah berfiman:
“Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”
Dari pembahasan yang singkat ini, jelas bagi kita siapakah yang dimaksud dengan Ahlus
Sunnah dan siapa-siapa yang bukan Ahlus Sunnah yang hanya penamaan semata. Benarlah
ucapan seorang penyair mengatakan :
Semua orang mengaku telah menggapai si Laila
Akan tetapi si Laila tidak mengakuinya
Walhasil Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah
dengan pemahaman, amalan, dan dakwah salafus shalih.